Apa Itu Psychological First Aid? Dosen Pembimbing Akademik Wajib Tahu
Bekasi – Psychological First Aid (PFA) yang wajib diketahui dosen pembimbing akademik di sejumlah perguruan tinggi salah satunya Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya). PFA ini dirancang untuk mengurangi dampak psikologis yang dialami penyintas dan membantu mereka mengembangkan koping fungsional, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Dr. Suzy Yusna Dewi, dr., Sp.KJ., Subsp A.R.(K), MARS dalam materinya di webinar bimbingan konseling yang diselenggarakan Biro Kemahasiswaan dan Bimbingan Konseling (Romawa-BK) Ubhara Jaya menekankan pentingnya PFA untuk dosen pembimbing akademik. Psikiater di RS Soeharto Heerdjan menjabarkan dalam konteks kampus, PFA dapat diterapkan untuk dosen pembimbing akademik yang mengalami krisis.
“Krisis seperti tekanan kerja atau stress, konflik dengan mahasiswa atau rekan kerja, kejadian traumatis, masalah keluarga, masalah finansial dan sebagainya,” ucapnya, Jumat (6/9/2024).
Dr. Suzy pun menjelaskan tentang cara mendeteksi gangguan mental di lingkungan kampus terutama dosen pembimbing akademik. Deteksi dini ini penting untuk mencegah masalah serius.
Adapun tanda-tanda yang bisa dilihat yakni perubahan perilaku. Setidaknya ada tiga perubahan perilaku yang perlu dilihat yakni, penurunan kinerja, isolasi sosial dan perubahan mood.
“Dosen yang sebelumnya produktif mungkin mulai menunjukkan penurunan kinerja, seperti terlambat menyerahkan laporan atau absen dari pertemuan penting,” katanya.
Tanda selanjutnya bisa dilihat dari fisik seperti kelelahan berlebihan, perubahan berat badan dan gangguan tidur. Adapun ciri selanjutnya dilihat dari tanda emosional dimana ada keputusasaan yang ditampilkan dengan ekspresi verbal atau non-verbal dari keputusasaan atau rasa tidak berdaya.
“Seperti mengatakan “Saya merasa tidak ada harapan” atau “Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi”,” ucapnya.
Sementara emosional kedua yakni mengalami kesulitan konsentrasi. Misalnya sulit fokus dalam rapat atau saat memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Kemudian deteksi selanjutnya bisa dilihat dari tanda sosial. Ada penurunan minat pada aktivitas sosial dan perubahan dalam cara berkomunikasi.
Adapun pendekatan untuk mendeteksi masalah kesehatan mental di lingkungan kampus ini bisa dilakukan dengan lima cara yaitu observasi harian, komunikasi terbuka, survei atau kuesioner, mengamati perubahan dalam aktivitas kampus dan intervensi dini. Sementara cara untuk memberikan penanganan kesehatan mental pada dosen pembimbing akademik ini bisa dilakukan dengan memberikan dukungan secara emosional, intervensi profesional.
Baca Juga: Psikolog Klinis Ubhara Jaya Kupas Cara Meningkatkan Wellbeing Pada Mahasiswa
Sementara untuk mencegah permasalahan kesehatan mental di lingkungan kampus, Dr Zusi menyatakan tiga point yakni menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, pelatihan dan workshop dan promosi kesehatan mental.
“Kampus dapat mengadakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental. Penyediaan akses mudah ke layanan kesehatan mental bagi seluruh staf akademik,” ucapnya.
Perlu diketahui jika kampus Ubhara Jaya juga memberikan layanan konsultasi dengan psikolog untuk mahasiswa dan pegawai di lingkungan kampus. Adapun alurnya yakni;
1. Klien mendaftar melalui Google Form atau mendapat rujukan dari dosen pembimbing akademik (PA) untuk mahasiswa/i
2. Biro kemahasiswaan dan Bimbingan Konseling akan mengatur jadwal konsultasi psikologi
3. Klien melakukan konsultasi dengan psikolog
4. Psikolog akan mengisi rekam medis melalui Google Form
Klien nantinya akan dilayani oleh empat psikolog kompeten yakni Sarita Candra Merida, M.Psi, Lenny Utama, M.Psi, Rika Fitriyana, M.Psi, Ferdy Muzammil, M.Psi.
Tim Media dan Publikasi
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya