Peringati Hari Kesehatan Mental Sedunia, UBJ Gelar Edukasi pada Mahasiswa dan Dosen untuk Rawat Kesehatan Mental

10 October 2025

Bekasi – Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ) melalui Biro Kemahasiswaan dan Konseling menyelenggarakan Webinar Kesehatan Mental dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025. Webinar ini mengusung tema “Merawat Diri, Melatih Diri Menjadi Pribadi yang Tangguh,” dan diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting pada Jumat (10/10/2025).

Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi, yakni sesi pertama diikuti oleh mahasiswa dan sesi kedua diikuti oleh dosen pembimbing akademik UBJ sebagai bentuk kepedulian terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental di lingkungan akademik. Acara webinar ini menghadirkan narasumber yang kompeten di bidang psikologi, yakni Sarita Candra Merida, M.Psi., Psikolog, Ferdy Muzzamil, M.Psi., Psikolog, dan Lenny Utama, M.Psi., Psikolog, untuk narasumber pada sesi mahasiswa. Sedangkan untuk sesi dosen pembimbing akademik, yakni Dr. Mira Sekar Arumi, M.Psi., Psikolog. kegiatan ini merupakan salah satu langkah nyata UBJ dalam menciptakan ekosistem kampus yang sehat secara mental maupun emosional.

Baca Juga: Biro Kemahasiswaan Ubhara Jaya Gelar Webinar Bimbingan Konseling untuk Mahasiswa dan Dosen Pembimbing Akademik

Pada sesi paparan dengan mahasiswa, Ibu Sarita Candra Merida, M.Psi., Psikolog, memaparkan materi tentang “Mengenali & Memahami Diri.” Dalam paparan tersebut, beliau menekankan pentingnya kesadaran diri (self-awareness) sebagai dasar dalam menjaga kesehatan mental. Beliau juga menjelaskan bahwa konsep diri terbentuk dari bagaimana seseorang memandang dirinya dan bagaimana orang lain menilainya. Individu dengan kesadaran diri yang baik mampu mengenali kekuatan, kelemahan, serta emosinya, sehingga dapat mengendalikan diri dan meningkatkan harga diri. 

Berdasarkan berbagai penelitian, rendahnya kesadaran diri berpotensi menyebabkan individu tidak menyadari gejala gangguan psikologis seperti depresi atau kecemasan, sedangkan kesadaran diri yang tinggi mendukung keseimbangan psikologis dan ekspresi emosi yang tepat. Individu yang sehat mental ditandai dengan keharmonisan antara pikiran, perasaan, dan perilaku, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Ibu Sarita juga mendorong peserta untuk mengenal diri melalui refleksi masa lalu, masa depan, dan kondisi saat ini, serta melakukan analisis kekuatan dan kelemahan diri agar mampu menetapkan strategi pengembangan pribadi secara berkelanjutan.

Selanjutnya, Bapak Ferdy Muzzamil, M.Psi., Psikolog, memaparkan materi mengenai “Self Care: Ku Rawat Diri & Hidupku.” Pada paparannya, beliau menyoroti pentingnya perawatan diri sebagai upaya menjaga keseimbangan mental dan emosional di tengah tekanan hidup. Ia menjelaskan bahwa stres merupakan reaksi alami terhadap perubahan dan tantangan, yang bisa bersifat positif (eustress) bila mendorong motivasi, namun dapat menjadi negatif (distress) bila tidak terkelola dengan baik dan menimbulkan gangguan fisik maupun psikologis. Berbagai penyebab stres mencakup tekanan kerja, masalah keuangan, konflik hubungan, kesehatan, serta kurangnya dukungan sosial. 

Oleh karena itu, self care menjadi strategi penting untuk mengelola stres dan menjaga energi positif, yang dapat dilakukan melalui kebiasaan sederhana seperti makan sehat, olahraga, istirahat cukup, bersyukur, dan menikmati waktu pribadi. Dengan mengenali emosi dan suasana hati, seseorang akan lebih memahami dirinya serta mampu berinteraksi secara sehat dengan orang lain, sehingga kualitas hidup meningkat dan kesehatan mental lebih terjaga.

Berikutnya, Ibu Lenny Utama, M.Psi., Psikolog, menjelaskan materi tentang “Trauma: Menerima Luka sebagai Perjalanan Diri.” Beliau membahas tentang bagaimana seseorang dapat menerima luka batin dan trauma sebagai bagian dari proses pertumbuhan diri. Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan bahwa trauma bukan hal yang rasional karena bekerja pada sistem emosi, dan dibagi menjadi tiga jenis: trauma tipe 1 (kejadian tunggal seperti kecelakaan atau kekerasan), trauma tipe 2 (kejadian berulang seperti bullying atau kekerasan verbal dan fisik), serta trauma sekunder (dampak emosional akibat menyaksikan penderitaan orang lain). 

Beliau juga menekankan bahwa menghadapi trauma memerlukan kesadaran dan penerimaan, bukan penyangkalan. Beliau pun turut mengenalkan beberapa teknik pengolahan trauma seperti grounding, emotional freedom technique, safe place, container box, butterfly hugs, dan acceptance therapy yang membantu individu mengelola emosi secara sehat. Menurutnya, luka tidak benar-benar hilang, tetapi akan mengecil seiring pertumbuhan diri, dan seseorang perlu belajar hidup berdampingan dengan luka tanpa membencinya.

Memasuki sesi kedua paparan dengan para dosen pembimbing akademik, Dr. Mira Sekar Arumi, M.Psi., Psikolog, memaparkan materi mengenai “Workplace Resilience in Academic Setting.” Pada paparan tersebut, Dr. Mira menyoroti pentingnya ketangguhan (resilience) di lingkungan akademik yang penuh tekanan psikososial. Beliau menjelaskan bahwa meningkatnya beban kerja, tanggung jawab administratif, dan ekspektasi tinggi menyebabkan kelelahan emosional serta risiko gangguan mental di kalangan dosen dan tenaga pendidik. Menurut beliau, resilience bukanlah sifat bawaan, melainkan proses dinamis untuk belajar, beradaptasi, dan bangkit dari tekanan. Melalui Psychological Immunity–Elasticity Model, Dr. Mira menggambarkan bagaimana pola pikir positif dan kemampuan merefleksikan pengalaman dapat memperkuat daya lenting seseorang. 

Baca Juga: Fikom UBJ Gelar Kuliah Pakar Komunikasi Kebencanaan, Bahas Strategi Komunikasi Efektif dalam Situasi Darurat

Dr. Mira juga menekankan pentingnya membangun narasi konstruktif melalui proses assimilation dan accommodation agar individu dapat tumbuh dari pengalaman sulit, bukan terperangkap di dalamnya. Beliau pun mengingatkan bahaya toxic positivity serta pentingnya keseimbangan antara dorongan kerja dan pemulihan diri. Di akhir sesi, Dr. Mira menegaskan bahwa resiliensi bukan sekadar “bouncing back” dari kesulitan, melainkan “bouncing forward” untuk menjadi lebih kuat, bijak, dan penuh empati dalam menghadapi tantangan dunia akademik.

Selain mendapatkan wawasan teoritis, para peserta juga diajak untuk melakukan refleksi diri serta berbagi pengalaman seputar tantangan dalam menjaga kesehatan mental. Antusiasme peserta terlihat dari tingginya partisipasi dan interaksi selama kegiatan berlangsung.

Melalui peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia ini, UBJ menegaskan komitmennya untuk terus mendorong kesadaran pentingnya perawatan diri dan kesehatan mental, terutama di kalangan sivitas akademika. Dengan semangat “Merawat Diri, Melatih Diri Menjadi Pribadi yang Tangguh,” diharapkan para sivitas akademika UBJ dapat membangun ketahanan diri, saling peduli, dan tumbuh bersama sebagai pribadi yang sehat secara fisik dan mental. Kegiatan ini juga merupakan implementasi dari visi UBJ, yakni berperilaku baik

Tim Media dan Publikasi
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Call Center Humas UBJ: +62 878-4162-4810