Universitas Bhayangkara Jaya Kerjasama Dengan Houston University menggelar Seminar Internasional mengenai Dampak Media Digital
Bekasi – Universitas Bhayangkara Jakarta Raya menggelar seminar internasional bertajuk ‘Media Digital and its Impact on Individuals, Organizations and Society, and Beyond’, Selasa, 12 September 2017, di Auditorium Ubhara Jaya, Kampus II Bekasi.
Seminar yang diadakan sebagai bagian dari rangkaian kerjasama erat antara Universitas Bhayangkara Jakarta Raya dengan School of Communication at the University of Houston, Houston-Texas mempertemukan lima ratus peserta terdiri dari praktisi, akademisi, dan mahasiswa. Kegiatan ini merupakan realisasi dari pelaksanaan penandatanganan Nota Kesepamahaman dengan University of Houston yang akan bekerjasama dalam bidang peningkatan Tri Dharma perguruan Tinggi pada hari Senin, 11 September 2017.
Seminar Internasional menghadirkan sejumlah pembicara dengan latar belakang peneliti, akademisi, dan praktisi di bidang media, diantaranya, Temple Northup, Ph.D selaku Director and Assosiate Professor, the Valenti School of Communication at the University of Houston, Houston-Texas; Pastor R. Arguelles Jr dari University of Perpetual System Help Dalta, Burhan Solikhin selaku Editor in Chief tempo.co; Prof. (Ris) Hermawan Sulistyo, MA., Phd., APU selaku Kepala Pusat Kajian Keamanan/ Puskamnas Ubhara Jaya; dan moderator oleh Irine Hiraswari Gayatri S.Sos, M.A dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Seminar ini dibuka oleh Rektor Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Irjen Pol (Purn) Drs. Bambang Karsono, SH., MM
Dalam sambutannya, Rektor Ubhara Jaya berharap seminar internasional ini dapat membuka ruang diskusi baru dan kaya dalam bidang komunikasi yang berhubungan langsung dengan tantangan dan resiko penggunaan media digital bagi semua stakeholder seperti individu, organisasi, pemerintah dan industri.
Rektor Ubhara Jaya menyampaikan bahwa saat ini penggunan digital media membawa banyak pada model baru pada interaksi dan ekspresi masyarakat. Ini tentunya membawa implikasi pada bagaimana orang dan organisasi berinteraksi antara satu dengan yang lain, juga membentuk ulang kegiatan pada sosial dan budaya, sebagaimana ekonomi, pendidikan, politik, pemerintahan dan bahkan keamanan nasional. Terkait hal tersebut, maka dari itu sangat penting bagi kita untuk berdiskusi mengenai digital media dan dampaknya. “Semoga dapat belajar mengenai cara yang terbaik untuk mengeksploitasi keuntungan dan memitigasi efek negative dari media.”
Salah satu bahasan digital media menyorot tentang Masa Depan Digital Media yang disampaikan oleh Temple Northup, Ph.D selaku Director and Assosiate Professor, the Valenti School of Communication at the University of Houston. “Dari Fenomena Digital Media secara otomatis menunjukkan bahwa kita adalah makluk sosial. Kita suka berinteraksi dan terhubung dengan orang lain. “
Berangkat dari hal tersebut, ada tiga tren di dunia digital yang perlu diperhatikan di masa depan. “Tren pertama adalah apa yang disebut immersivity, yang kedua machine learning, dan yang ketika adalah conversational user interfaces,” kata Northup.
Ia menjelaskan, immersivity yang dimaksud adalah tentang immersive teknologi berupa Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mixed Reality (MR), video atau foto 360 derajat, dan lain-lain. Dahulu kala ketika kita menonton video yang ada hanya berupa flat saja, tetapi ketika teknologi VR ditemukan, menonton video jadi lebih menarik. “Tidak hanya itu, media massa di Amerika Serikat juga sudah ada yang memakai teknologi VR dan 360 video dalam pemberitaanya, contohnya New York Times,” katanya.
Northup menambahkan, tren kedua adalah machine learning yang merupakan bagian dari Artificial Intelligence (AI) di mana mesin mempelajari tingkah laku manusia, seperti telepon pintar yang mengetahui kebiasaan kita, misalnya, setiap pagi manusia pergi ke tempat makan, mesin mengetahuinya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, tren ketiga adalah conversational user interfaces. Ketika seseorang bisa berbicara dengan telepon pintarnya, misal pada pengguna iPhone ada Siri. Manusia bisa melakukan percakapan seperti meminta bantuan.
Pada sesi berikutnya Editor In Chief Tempo.co, Burhan Solihin memberi paparanya terkait masa depan jurnalisme di Era Perubahan Digital Media. Gelombang digitalisasi media memang sudah menerpa ke segala arah.Jurnalisme adalah salah satu bidang yang berada di tengah gelombang tersebut.
Burhan mengacu pada sebuah data dimana dari 262 juta jumlah penduduk Indonesia, 50 persennya atau 132 Juta orang merupakan pengguna internet. 100 juta diantaranya pengguna media sosial yang aktif mengonsumsi Youtube, Facebook dll. “Ini yang akan mengubah media seperti Tempo. Kalau dahulu malam minggu pasti di dalam suatu kelarga pasti berebut TV. Tetapi sekarang masing-masing memilih di depan gadget dan laptop. Konsumsi media sosial terbanyak di Indonesia adalah Youtube dan Facebook lalu pertanyaannya adalah dimanakah posisi Kompas, Tempo dll,”ujar Burhan.
Burhan menilai, globalisasi media yang sedang dialami Indonesia menjadi tantangan semua media konvensional. “Tempo harus masuk ke dalam youtube dan Facebook kemudian yang terbesar adalah Wathshap. Dahulu, salah satu pembentukan opini di media massa dibentuk oleh media konfensional seperti TV dll. Kalau sekarang peran utamanya pada sosial media. Jadi apa yang sedang nge trend di sosmed itulah yang akan di tulis online kemudian baru dikabarkan secara offline,”Tambah Burhan. Di sisi lain, para pengelola media dihadapkan pada tantangan berupa kecepatan perubahan teknologi. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan ini akan sangat bermakna untuk menjaga pembaca agar tetap betah menjadi pelanggan serta mampu menggaet pelanggan baru. Eksplorasi terhadap media multiplatform salah satu kuncinya. Pelanggan media digital menginginkan pengalaman baru dalam menyusuri informasi yang disajikan, dan ini sangat berbeda dengan karakter media cetak yang ‘diam’.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Keamanan Nasional Ubhara Jaya, Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, PhD, APU memaparkan fakta adanya perubahan status dan peran media massa. Tidak seperti sebelumnya, dimana wartawalanyang menjadi komunikator media tidak lagi berlaku saat ini karena setiap orang bisa menjadi wartawan dengan menyampaian pesan apa saja melalui Handphone. Sekarang ini, kebanyakan orang mendapatkan informasi dari internet. Meski unggul dalam kecepatan dan murah, Informasi diinternet mengandung banyak tantangan di antaranya Reality bubble dan maraknya kabar bohong dan akun palsu
Maka itu, Prof Kikie, demikian beliau biasa disapa, menghimbau agar pengguna internet dan media sosial tidak menjadi orang yang hanya menerima berita dan menyebarkannya begitu saja.
Terkait fenomena reality buble, Menurutnya, masyarakat yang membuka internet atau media sosial yang hanya sesuai dengan minat dan kesukaannya akan menimbulkan sifat ketidaksensitian dan intoleran. “Kita kita menemukan yang tidak kita suka tidak akan kita lanjuti. Maka akan terjadi sikap intoleran karena pandangan orang lain kita tolak,”Imbuhnya.
Seminar berjalan dengan lancar dan sukses. Peserta nampak antusias bertanya dan berdiskusi dengan pembicara. Penyelenggaraan seminar internasional merupakan satu komitmen Ubhara Jaya dalam mewujudkan world class university. Hal tersebut juga terlihat dari sejumlah kerja sama internasional yang sudah dijalin, seperti dengan Korea Selatan, Thailand, Taiwan, dan yang terbaru adalah dari Filipina yaitu University of Mindanao dan University of Perpetual System Help DALTA serta Amerika Serikat yakni University of Houston.
(Tim Media Ubhara Jaya)