Bekasi – Kisah inspiratif kali ini datang dari mahasiswa Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya), Belinda Annisa Buitasari. Gadis berusia 26 tahun ini berjuang melawan kanker yang dideritanya selama kuliah hingga bisa meraih gelar sarjana.
Belinda yang merupakan mahasiswa fakultas psikologi ini bisa mengerjakan skripsinya dalam kondisi sakit. Kanker ovarium yang dideritanya saat itu tak menyurutkan semangatnya agar bisa lulus kuliah.
Semangat anak dari pasangan Syafril Amir dan Sundari ini patut diacungi jempol. Meski kondisinya hanya bisa beraktivitas di atas kasur, Belinda yang lahir di Jakarta 25 Desember 1997 ini tak pernah melupakan mimpinya agar bisa wisuda dengan teman-temannya.
Mahasiswa angkatan tahun 2017 ini mengaku awalnya tak pernah tahu sakit yang dideritanya ternyata kanker. Di tahun 2022, Belinda mengeluhkan sakit perut. Namun, sakit itu tak kunjung sembuh hingga dia harus bolak-balik ke rumah sakit.
“Saya dirujuk ke RSUD Bekasi hingga dirawat 13 hari. Dari hasil rontgen, USG sampai CT Scan pun belum diketahui sakit apa. Akhirnya saya dirujuk kembali ke rumah sakit lagi saat mulai rawat jalan perut saya mulai keliatan membesar dan akhirnya di bulan Oktober 2023 kemarin saya baru dioperasi,” ucapannya.
Di tengah kondisinya, Belinda terus berkomunikasi dengan dosen pembimbing untuk menyelesaikan skripsinya, Belinda bahkan kerap dibantu sang ayah.
“Kesulitannya ada pasti apalagi selama mengerjakan skripsi saya mengerjakan sambil tiduran kalau nggak dibantu papa ketik,” ujarnya.
Perjuangan Belinda meraih mimpi lulus skripsi tak hanya didukung keluarga, teman hingga dosen pun ikut mensupport. Sidang skripsi pun digelar secara hybrid di mana, Belinda berada di rumah sedangkan dosen penguji di kampus.
Belinda pun mengaku motivasinya ingin lulus kuliah lantaran ingin membahagiakan orang tuanya. Dia ingin membuktikan jika kondisinya saat ini tidak menghalangi mimpinya.
“Motivasi saya semangat mengejar S1 saya mau cepet lulus bisa membuat senang orang tua dan harapannya bisa kerja membantu orang tua,” katanya.
Dosen pembimbing akademik Belinda, Budi Sarasati, S.KM., M.Si menuturkan selama proses skripsi, mahasiswanya itu yang selalu aktif bertanya. Belinda bahkan sempat ke kampus diantar ibunya ke kampus saat bimbingan akademik perdana.
“Waktu pertama kali dilimpahkan ke sana. Dia (Belinda) datang didorong pakai kursi roda. Saya sampai nangis, padahal saya baru bilang suruh kumpul tapi tekadnya Belinda ini benar-benar,” ucapnya.
Budi Sarasati menjelaskan, dari percakapannya dengan orang tua Belinda, anak didiknya itu memang punya tekad yang kuat agar bisa lulus S1. Bahkan saat menjalani perawatan di rumah sakit, Belinda kerap melamun lantaran memikirkan pendidikannya.
“Dalam mimpi-mimpinya Belinda itu dia harus bisa skripsi. Jadi memang dari diri Belindanya yang berharap agar dia bisa lulus,” ucapnya.